SafelinkU | Shorten your link and earn money

Minggu, 29 September 2019

Mengenal Sejarah Tradisi Tektekan di Kerambitan

Mengenal Sejarah Tradisi Tektekan di Kerambitan

https://hanyauntukalian.blogspot.com

Kesenian tradisional Tektekan, dari segi etimologi berasal dari kata “Tek” ini dikarenakan bunyi yang dihasilkan didominasi dari suara tek…tek…tek sehingga menjadilah Tektekan. Musik atau kesenian tradisional Bali ini berasal dari alat sederhana, yaitu sebuah kentongan (kulkul) yang berasal dari batang bambu, kentongan tersebut dipukul menggunakan pemukul dari bambu ataupun kayu. Untuk menjadi sebuah penampilan seni, maka kentongan tersebut dimainkan oleh sekitar 30 – 40 orang
dengan ritme seperti suara “cak” pada pementasan tari kecak, tektekan dipadukan dengan alat musik tradisional lainnya seperti ceng-ceng, kendang, seruling, kempur dan seperangkat alat gamelan lainnya.

Konon sekitar tahun 1920-an pernah terjadi wabah penyakit di masyarakat Desa Kerambitan yang mengakibatkan banyak menelan korban. Secara psikologis masyarakat sangat merasa takut apalagi dikaitkan dengan kepercayaan setempat bahwa itu terjadi karena ulah roh-roh jahat yang bergentayangan. Menurut ceritera setempat pada saat terjadinya wabah di malam hari sering terdengar suara yang aneh-aneh yang tidak biasanya mereka dengar, berjangkitnya wabah tidak bisa ditentukan kapan harus berakhir. Upaya masyarakat untuk memulihkan kondisi sediakala sekaligus untuk menghilangkan rasa takut, masyarakat akhirnya berinisiatif memukul alat-alat yang dapat menimbulkan bunyi yang keras seperti: kaleng, kuali, besi, cangkul dan sebagainya. Itu semua pada dasarnya bertujuan untuk mengusir wabah yang terjadi di masyarakat, sekaligus untuk membangkitkan rasa jengah, sehingga menghilangkan rasa takut  masyarakat akibat wabah yang terjadi di Desa Kerambitan.

Pada tahun 1930an wabah kembali terjadi. Hal ini kemudian ditanggulangi dengan kegiatan seperti tersebut di atas. Saat itu sudah ada pembaharuan yaitu dengan menggunakan bahan dari bambu yabg disebut dengan kulkul. Oleh karena perkembangan jaman kegiatan semacam ini dimasyarakat dipandang sebagai kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai kepercayaan setempat. Mula-mula tujuan dari pementasan ini sebagai ucapan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena wabah penyakit telah berlalu. Kebiasaan nektek atau menabuh bumbung dilakukan apabila sedang merajelela wabah penyaki (epidemi). Selanjutnya dilihat dari Tektekan pada waktu itu sangat sederhana, mereka melakukan nektek secara spontan tergantung situasi dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Kegiatan nektek oleh masyarakat dilakukan pada waktu sandikala (peralihan waktu dari sore ke malam yaitu sekitar pukul 18.30 Wita). Kegiatan ini biasanya dilakukan sampai pagi.

Menyinggung tentang kepercayaan itu maka masyarakat Kerambitan mentralisir keadaan dengan menggunakan tetabuhan yang akhirnya menjadi sebuah bentuk pertunjukan disebut dengan tektekan. Mengapa kesenian itu disebut Tektekan? Jika dilihat bahwa pada mulanya disebut tradisi nektek (memukul alat-alat apa adanya) ini merupakan aktivitas spontan masyarakat untuk menghilangkan perasaan takut, serta memohon keselamatan.

Selanjutnya setelah tahun 1965 tektekan akhirnya menggunakan ceritera Calonarang yang disesuaikan dengan sifat awal terciptanya tektekan sebagai upaya pengusiran roh jahat yang berhubungan dengan bhuta kala kemudian dengan mengarak Barong dan Rangda mengelilingi desa, kegiatan seperti ini rutin dilakukan terutama pada hari pengerupukan yaitu sehari sebelum hari Nyepi dengan diikuti segenap warga masyarakat Desa Kerambitan.

Itulah sedikit penjelasan sejarah tektekan di Kerambitan, semoga bermanfaat dan jangan lupa bahagia ;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar